Wednesday, January 29, 2020

Menunggu Incu Abah


Bissmillahhirrohmannirrohiim...
Ketika kita menikah dan memiliki seorang anak ada rasa bangga menyeruak dalam dada, terharu, sedih, bersyukur campur aduk dan pastinya semangat akan lebih giat bekerja untuk kesejahteraan Istri dan sibuah hati, beban tanggung jawab akan bertambah, juga jalan hidup akan berubah berdoa dan berusaha selalu terpancarkan kepadanya setiap kali kita melakukan shalat atau ibadah lainya. Semakin besar buah hati kita dengan segenap perjuangan dan doa dan pada akhirnya buah hati kita pun berjodoh dengan seseorang (pria/wanita) terjadilah peralihan tanggung jawab, sang buah hati kita titipkan kepada mantu (suaminya, dalam acara sakral "Ijab qobul").

Jadilah kita calon seorang "Kakek/Nenek" dan keluarga akan bertambah dengan hadirnya seorang "Mantu" (suami dari anak kita) lalu sang mantu akan berubah ucap, kala berpacaran kita sering di panggil om atau tante maka mulai saat itu berubah panggil menjadi Ayah/Ibu, Papa/Mama, Abi/Umi dan sebagainya. Sedih memang dapat dibayangkan sejak kecil hingga dewasa ditimang, dimanja dan di besarkan dalam pendidikan yang memadai berakhir dengan "ijab qobul" artinya memindahkan tanggung jawab meneruskan dan mendidik lahir, bathin, dunia, akhirat kepada sang mantu dan tentunya akan lahir dinasti/keturunan perpaduan antara buah hati dan sang mantu.

Cucu adalah kalimat yang selalu di nanti-natikan oleh seorang calon kakek/nenek, ketika cucu lahir maka kasih sayang akan kembali seperti ketika kita mandapatkan awal buah hati (flash back). Penantian tidak dapat ditentukan kapan waktunya "dia" datang, sebab Allah SWT maha mengatur segalanya kapan saatnya tiba. Alhamdulillah tanggal 25 bulan Januari 2019 anakku genap dua bulan hamil, betapa bahagianya "aku" dan istriku bakal jadi seorang "Kakek dan Nenek". Rasa bersyukur ini aku tuangkan dalam tulisan ini dan tentunya ritual syukuran (nasi kuning dan lauk pauknya) dibagikan kepada sanak pamili agar mereka pun tau dan mendo'akan semoga kejadian ini mendapatkan berkat dan ridho Allah SWT. 

Tradisi "Gawer Koin (Uang Logam)", keluarga kami adalah berdarah campuran (Betawi, Pasundan), tradisi ini lebih mengarah kepada etnis sunda dikatakan bahwa hal ini sebagai rasa syukur kepad asang pencipta dengan menyusuhkan uang logam dengan campuran bangle, beras dan permen. Mengumpulkan orang terutama anak-anak untuk selanjutnya menebar uang logam dan campuran itu kepada mereka. Dalam tradisi perkawinan adat sunda istilah ini adalah "Nyawer/Saweran" disertai dengan lagu pupuh kinanti oleh seorang pesinden atau ahli kidung. Nah itulah rasa syukur kami sekeluarga dengan akan diberikanya satu amanah lagi yaitu "seorang cucu", apapun jenis kelamin yang diberikan oleh yang maha kuasa itulah anugrah yang harus kita syukuri.

Tapi menurut beberapa orang bahwa" (mohon maaf bukan mendahulukan yang mah pencipta, tapi hati yang tulus adalah ucapan yang maha agung, cucu yang akan lahir adalah berjenis kelamin "Wanita").



Doa Seorang Kakek

Yaa Robb, dalam ketiadaan, jiwa merajug kepadamu.
Yaa Robb, dalam keheningan, jiwa menembus harapan
Yaa Robb, dalam kebisuan, jiwa memohon kepadamu
Yaa Robb, dalam kekuasaanmu, jiwa haqul yakin akan do'a

Kehendakmu adalah amanah, amanah akan doa yang terkabul
Harapan akan menjadi kenyataan, kenyataan akan membawa tanggung jawab
Lahir adalah wujud yang diinginkan juga harapan seorang kakek
Cucu adalah penerus dinasti kehidupan, yang menjadi amanah dimasa depan

Nur Cahya, Cahya Nur; memancarkan harapan masa depan.
Rengekan, Tangisan dan Candaan mengingatkan kita akan masa lalu.
Tulisan benar dalam kalbu akan membawa kehidupan yang baik.
Inilah bebet, bobot, bibit dalam lahirnya sebuah kehidupan baru.

Jakarta, 25 Januari 2020
Tasyakuran "Fresty Devina Febrillia" (si Cikal)








EmoticonEmoticon